Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Kitab "fathul madjid" (kaunuhu hayyan) filsafat #17

Mengkaji Perspektif tentang tuhan berdasar kitab fathul madjid karangan syeikh nawawi al bantani. tidak terasa kita sudah sampai pada sifat yang ketujuh belas, yaitu sifat kaunuhu hayyan. Sifat yang ada pada Allah sejak azali yang membedakan sifat Hayyan. ALLAH bersifat Maha Hidup merupakan perkara yang punya kenyataan pada diri sendiri. Dalilnya sama dengan dalil sifat Hayyan. Ketika ALLAH bersifat Maha Hidup maka mustahil ALLAH bersifat Maha Mati. Sifat hidup bagi Allâh tidak ada permulaannya dan tidak ada akhirnya, karena sifat-Nya sempurna yang tidak ada kekurangan dari sisi manapun juga. DALIL AL-QUR’AN Sifat hidup bagi Allâh Subhanahu wa Ta’ala ditunjukkan dengan nama Allah, yaitu Al-Hayyu, artinya Dia Yang Maha Hidup. Nama Al-Hayyu Allâh sebutkan lima kali di dalam Al-Qur’an. Antara lain firman Allâh Ta’ala: اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ Allâh, tidak ada Tuhan (yang berh

Kitab "fathul madjid" (kaunuhu 'aliman) filsafat #16

Mengkaji Perspektif tentang tuhan berdasar kitab fathul madjid karangan syeikh nawawi al bantani.  tidak terasa kita sudah sampai pada sifat yang keenam belas, yaitu sifat kaunuhu aliman. Sifat ALLAH sejak zaman azali untuk membedakan sifat ilmu. Kaunuhu aliman = setuhune kang moho ngerti.  ALLAH bersifat Maha mengtahui itu merupakan perkara yangdapat diambil pelajaran yang hanya terjadi kenyataan pada diri sendiri saja. Dalil ALLAH Maha Mengetahui adalah dalil yang ada pada sifat ilmu. Ketika ALLAH Bersifat Maha Mengetahui maka mustahil bahi ALLAH bersifat Maha Bodoh. Dalil akal bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki ilmu adalah bahwa Allah itu Pencipta, sedangkan selain-Nya adalah makhluk. Akal menetapkan bahwa Pencipta pasti mengetahui makhluk-Nya. Allah Azza wa Jalla telah mengisyaratkan hal ini dengan firman-Nya: أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Ma

Kitab "fathul madjid" (kaunuhu muriidan) filsafat #15

Mengkaji Menurut perspektif Ulama islam mengenai sifat tuhan ALLAH. Halo, kita ketemu lagi dalam kesempatan ini. mungkin kita akan langsung membahas tentang sifat yang ke limabelas, yaitu sifat kaunuhu muriidan. Mungkin yang penasaran dengan kitab fathul madjidnya, bisa baca kitab fathul madjidnya dulu. Disini kita hanya mengkaji dari isi kitab tersebut. Sifat tuhan ALLAH yang ke lima belas ini, sifat ALLAH sejak zaman azali/zaman yang sudah ada sejak adanya ada. Sifat ini sebenarnya sifat yang untuk membedakan irodah. Kaunuhu muriidan atau arti indonesianya MAHA BERKEHENDAK, merupakan perkara yang diambil manfaatnya yang tidak ada kenyataannya di luar bahkan ada dalam hati dan diri sendiri. Dalil ALLAH kaunuhu muridan itu sama dengan dalil ALLAH bersifat irodah (Bisa buka bab irodah). Ketika ALLAH bersifat kaunuhu irodah, maka ALLAH mustahil bersifat makruuha (maha membenci). Apa sebenarnya perbedaan antara maha berkehendak dan maha membenci?. kita analogikan manusia, manus

Kitab "fathul madjid" (kaunuhu qodroh) filsafat #14

Perspekif dari pemikir Islam. Sifat Allah yang keempat belas adalah kaunuhu qodroh, sifat Allah sejak zaman azali yang untuk membedakan qudroh. Allah Maha Kuasa itu menetapi qudroh juga merupakan perkara yang tidak ada kenyataanya di luar tempat, dan di luar hati, melainkan pada diri sendiri dan dalam hati saja. Kaunuhu qodroh (Allah Maha Kuasa). Tidak dikatakan seketika karena perkara yang benar tidak ada pada tengah-tengah wujud dan adam. Perbedaan antara seketika dala berfirman dengan perintah adalah kalau mempunyai kenyataan dalam hati, sedangkan mempunyai pernyataan dalam hati dan diri sendiri. Dasar kaunuhuqodroh (Allah Maha Kuasa) adalah dasar yang ada pada sifat qodroh (kuasa). Ketika Allah bersifat Maha Kuasa maka mustahil Allah bersifat Maha Lemah. Sekian pada kesempatan ini saya akhiri. mungkin ketika ada saran dan kritik mohon tulis dikolom komentar. terima kasih. shalom, namo budhayo, wassalamualaikum, namaste.

Kitab "fathul madjid" (kalam) filsafat #13 part 2

(SAMBUNGAN) sifat yang menempati Dzatnya ALLAH itu suci dari hal-hal tersebut. Sifat yang menempati Dzatnya ALLAH itu suci dari hal-hal tersebut. Sifat dahuilu yang menempati Dzatnya ALLAH tidak bisa dipahami dari lafadz lafadz mulia yang juga bisa menunjukkan arti. Sesungguhnya kalam ALLAH menyatu atas dua perkara : Ø   Sifat dahulu yang menempati Dzatnya ALLAH ini dibersihkan ndari permulaan, akhiran, huruf, suara, dan lain-lain. Ø     Lafadz yang diturunkan kepada Nabio kita yang kita sebut AL-QUR’AN. Orang yang bil;ang bahwa surat itu tidak termasuk kalam ALLAH maka orang itu kafir. Kalam ALLAH dengan makna yang akhir itu termasuk perkara bartu yang ALLAH jadikanb dalam Lauhil Mahfud. Juga dijadikan dalil untuk menunjukkan kalam ALLAH yang dahulu yang menempati Dzat ALLAH yang telah bersifatan seperti mnakhluk. Imam ahmad tidak senang mengatakan bahwa ALQUR’AN adalah makhluk karena dikhawatirkan terjadi kesalahpahaman bagi orang yang bertanya tentang lafadz yang

Kitab "fathul madjid" (kalam) filsafat #13 part 1

Sifat yang kettiga belas adalah kalam (bicara/berfirman) Sifat bagi ALLAH yang   ada sejak azali   yang berhubungan dengan sifat wajib, mustahil dan jaiz, tapi hubungan ilmu dengan tiga siat tersebut merupakan hubungan inkasyaf (menjelaskan). Sedangkan hubungan kalam dengan tiga sifat tersebut merupakan huungan (dalil). Andai tirai hati dibuka dan kita mendengar sifat kalam maka pasti kita paham tentang perkara wajib, mustahil   dan jaiz. Arti hubungan klam dengan Dzatnya ALLAH adalah menetapkan kesempurnaan zat. Firman ALLAH : WALLAHU BIKULLI SYAI’IN ‘ALIIM. LAISA KAMISLIHI SYAI’UN WAHUWA SAMI’UN BASHIR. Arti hubungan kalam dengan perkarra mustahiil adalah mencertakan dengan tidak adanya seperti istri dan anak. Firman ALLAH : Wa lam takun lahu shohabbah Subhanahu ayakuna lahu walad Wa lam yakun lahu syarikun filmulk. Arti hubungan kalam dengan perkara jaiz adalah ALLAH menceritakan kekuasaan-Nya atas mewujudkan atau tidak mewujudkan. Fi

Kitab "fathul madjid" (bashar) filsafat #12

Sifat yang keduabelas adalah sifat bashor (melihat). Sifat yang ada pada    ALLAH sejak zaman azali. Setiap perkara yang ada bisa terbuka dengan sifat bashar. Sifat bashae berhubungan dengan perkara yang ada, baik berupa zat atau suara. Kita wajib iman terhadap sifat tersebut meski kita tidak tahu caranya hubungan. ALLAH melihat tidak menggunakan mata karena melihat dengan mata merupakan sifat baru yang berada pada makhluk. Sifat bashar tidak melebihi sifat sama’ dan sebaliknya bahkan ALLAH melihat dan mendengar dalam satu masa, berbeda dengan makhluk, pengliatan mereka melebihi pen dengaranya, begitu setebaliknya. Sesungguhnya sifat   sama’ dan bashar berhubungan dengan perkara yang ada. Terbukanya dengan saama’ tidak seperti terbukanya dengan bashar, seperti terbukanya dengan ilmu itu tidak terbuka pada keduanya (sama’   dan bashar) yang mengetahui sejatinya terbuka hanyalah ALLAH. Hubungan sifat sama; dan bashar dinisbatkan   dengan    perkara baru sebelum diciptak

Kitab "fathul madjid" (sama') filsafat #11

slowly honey, collage, 70x70 ipunknaseh Sifat yang kesebelas adalah sama’ (mendengar) sifat yang ada pada ALLAH yang ada sejak zaman azali, yang  berhubungan dengan perkara yang ada, baik berupa zat dan suara. ALLAH mendengar zat-Nya dengan sifat pedengaran-Nya, begitu seterusnya. Pendengaran ALLAH itu bisa membuka perkara yang ada. Maka ALLAH bisa mendengar pada setiap suara dan zat. Dikatakan : bahwa sesungguhnya pendengaran ALLAH dengan suara itu nyata kalau dengan zat itu tidak nyata. Kita wajib percaya bahwa sifat sama’ itu berhubungan dengan setiap perkara yang wujud, meski kita tidak mengerti. Sifat sama’ ALLAH tidaklah telinga sebagaimana sama’ yang ada pada makhluknya. Sifat sama’ ALLAH juga tidak ada perkara  baru yang mendatangi-Nya, seperti tuli. Dalil ALLAH bersifat sama’ ada pada hadits dan Al-Qur’an: -huwa sami’u bashir -innakum la tadd’uuna asima wa la ghoiban innakum tad’uuna sami’unqoriban mujiba. (sesunggunya kamu tiak berdo’a pada dzat tuli dan

Kitab "fathul madjid" (hayyan) filsafat #10

Sifat yang ke sepuluh adalah hayyan. (hidup). Sifat pada diri ALLAH yang wujud sejak azali. Sifat hidup ALLAH tidak dengan nyawa melainkan dengan Dzat yang tanpa pelantaraan sama sekali. Maka ALLAH tidak akan mati. Berbedaa denggan perkara yang baru (makhluk) yang hidup dengan pelantara yaitu nyawa.hidup ALLAH tidak bebrhubungan dengan sesuatu. Dalil ALLAH bersifat hidup adalah: Adanya alam. Andai ALLAH tidak hidup maka ALLAHH akan mati, andai ALLAH mmati maka semua sifat ma’ani akan sirna. Andai sifat ma’ani tidak ada, maka tidak akan ditemuanya alam semesta. Tapi tidak wujudnya alam merupakan suatu perkara yang batal. Ketika ALLAH menetapi sifat mmaani maka ALLAH akan menetapi sifat hidup. Karena sesungguhhnya orang yang kuasa yang mengharapkan sampai akhir sifat ma’ani hannyalah Dzat yang bersifat hidup. Ketika ALLAH menentapi sifat hidup maka mustahil bagi ALLAH bersifat mati. Sekian pada kesempatan ini saya akhiri. mungkin ketika ada saran dan kritik

Kitab "fathul madjid" (ilmu) filsafat #9

                                                        "tuhan tak perlu dibela" ipunknaseh collage 70x70 menurut pandangan ulama muslim berikut saya bahas sifat yang kesembilan yaitu sifat ilmu ALLAH (Tuhan). Sifat yang ke sembilan adalah ‘ilmu (mengetahui) sifat bagi allah yang wujud saja azali yang menetapi DzatNya ALLAH,menjadi terbuka setiap perkara yang diketahui (ma’lum) baik perkara ituuu wajib, jaiz, dan mustahil secara sempurna selain dhon, syak, wahmi, ketiganya ini mustahil bagi ALLAH, juga tidak bisa terbuka secara sempurna. ALLAH tidak mengikuti Tuhan lain karena mengikuti Ttuhan lain itu mustahil. Karena sesungguhnya taqlid (mengikuti) tidak menerima perkara batal dengan meragukan perkara ragu, maka tidak terjajdi terbuka yang sempurna. Sifat ilmu mempunyai hubungan tanjizu (bagian bagian) yang dahulu, yaitu terbukanya perkara wajib, mustahil, dan jaiz. Perkara yang wajib seperti Dzat dan sifat ALLAH mempunyai arti hubungan sifat ilmu de

Kitab "fathul madjid" (irodah) filsafat #8

(Menurut pandangan islam) Sifat yang kedelapan yaitu irodah yang berarti kehendak. sifat bagi ALLAH yang ada sejak azali seperti qodroh. Andai mata hati kita dibuka maka akan melihat (kehendak ALLAH). Sifat itu menempati dzatnya ALLAH yang berhubungan dengan perkara wajib dan mustahil. Juga mendatangkan (mengkhususkan perkara mungkin) terhadap sebagian perkara yang boleh. Kejelasannya makhluk sebelum diciptakan akan menetapi selain sifat seperti warna putih boleh ada warna hitam, merah dan biru. Perkara panjang bisa menjadi pendek, langit boleh ada di bawah, dan bumi boleh diatas. Ketahuilah baha kehendak ALLAH itu mendahului sifat kekuasaannya karena kehendak ALLAH itu berhubuungan dengan sesuatu, yang khusus pada sebagian sifat yang boleh atas perkara tersebut. Manusia sebelum diciptakan boleh putih dan hitam, pendek dan panjang, bertempat pada arah timur dan barat, bertempat pada atas dan bawah. Semuanya membekas terhadap irodah (kehendak), lalu membekas ter

Kitab "fathul madjid" (qodroh) filsafat #7

"no problem"   ipunknaseh 100x90 AOC 2018 Sifat tuhan menurut pandangan islam Sifat yang ketujuh adalah qodroh, qodroh berarti kuasa. Sifat yang ada pada ALLAH sejak azali yang selalu menepati Dzatnya ALLAH, jadi bisa mewujudkan perkara yang mungkin dan tidak mungkin. Arti dari mewujudkan perkara yang mungkin adalah berhasilnya mengeluarkan perkara mungkin dari tidak ada ke ada, maka terjadilah hubungan sifat qodroh dengan ma’dum (perkara tidak ada) yang menyebabkan adanya ma’dum. Serta qodroh hubungan dengn maujud (perkara ada) yang menyebabkan tidak adanya. Hubungan qodroh dengan maujud dan ma’dum merupakan hubungan tanjazii yang baru maksud hubungan tanjizu ..... adalah hubungan dengan pekerjaan. Sifat qodroh mempunyai hubungan yang suluhi (bagus) sejak azali untuk mewujudkan dan meniadakan. ALLAH menjadikan seseorang itu tinggi atau pendek, hubungan itu khusus pada keadaan yanng ada pada seseorang. Ketahuilah bahwa sifat qodroh tidak berhubungan

Kitab "fathul madjid" (wahdaniyah) filsafat #6

hancur karena melihat tuhan sifat ALLAH yang keenam yaitu wahdaniyah yang berarti satu. ALLAH bersifat satu didalam dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Arti dari ALLAH bersifat satu di dalam Dzat adalah : Tidak ada yang menyerupai Dzat ALLAH. Dzat ALLAH tidak tersusun dari bagian-bagian itu merupakan sifat-sifat baru dan ALLAH bersih dari sifat sifat baru. Arti ALLAH bersifat satu dalam sifat-Nya adalah: tidak ada seorangpun yang mempunyai sifat, seperti sifat-nya ALLAH. Tidak ada seorangpun yang mempunyai kekuasaan seperti kekuasaannya ALLAH. Begitu seterusnya ALLAH tidak mempunyai 2 sifat yang sama dalam nama dan arti. Seperti dua kekuasaan, 2 kehendak, 2 pengetahuan. tapi ALLAH hanya punya 1 kekuasaan, 1 kehendak, dan 1 pengetahuan. Arti ALLAH bersifat satu dalam perbuatan adalah : semua perbuatan ALLAH tidak ada satupun yang sama dengan perbuatan Makhluk-Nya, baik itu kehendak sendiri ataupun terpaksa. Perbuatan makhluk dengan kehendak sendiri adalah: sebuah pekerjaan, bi